Kata Mutiara

Cita-Cita

Search

Selasa, 24 April 2018

Problem MI

Permasalahan-Permasalahan yang ada di Madrasah Ibtidaiyah
https://media4.picsearch.com/is?gKv6bngyJlUZSf6cC2zu_BYP1o3gdoRMnR07zQIRYAU&height=227


Permasalahan yang ada di madrasah adalah kompleks serta saling terkait dengan keadaan lainnya. Permasalah yang ada dan berkembang di masyarakat berasal dari faktor dari dalam diri madrasah (internal) dan faktor dari luar madrasah (eksternal). Faktor yang berasal dari dalam madrasah antara lain adalah kurang  respon dan minatnya umat Islam sendiri untuk menyekolahkan anak-anaknya di madrasah. Hal ini disebabkan oleh kekurangpercayaan orang tua terhadap pola manejerial dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang ada di madrasah tersebut disamping kurangnya sarana prasarana yang ada. Secara umum dapat disebutkan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat sebagai berikut:
                               
a.    Madrasah masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Madrasah dianggap lembaga pendidikan kelas dua. Akibatnya, meskipun secara yuridis keberadaan madrasah diakui sejajar dengan sekolah formal lainnya, madrasah pada umumnya hanya diminati oleh siswa-siswi yang kemampuan intelegensinya dan taraf ekonominya pas-pasan. Sehinggan upaya dan usaha untuk meningkatkan mutu madrasah mengalami hambatan.

b.    Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Sehingga kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah justru terasa mempersulit upaya-upaya pengembangan madrasah. 

c.    Mutu pendidikan relatif  rendah kurang terjamin bila dibandingkan dengan sekolah formal karena banyaknya bidang studi yang diajarkan.

d.    Kualitas guru masih rendah. Hal ini ditandai dengan banyaknya guru-guru/ pengajar yang mengajar mata pelajarn yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Sehingga kualitas keilmuannya kurang sesuai.

e.    Manajemen pengelolaan kurang professional. Hal ini ada kaitannya dengan mutu sumber daya manusia yang rendah, sebab bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

f.    Sarana prasarana pendidikan yang pas-pasan.

g.    Jumlah siswa yang sedikit serta berlatar belakang intelegensi yang rendah dan berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Selain masalah-masalah tersebut di atas, masih ada masalah yang tidak kalah pentingnya yang berkaitan dengan pemasalahan yang ada di madrasah yaitu adanya dualisme dalam sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Yakni pendidikan agama (madrasah) dan pendidikan umum (sekolah). Walaupun kebijakan-kebijakan telah digulirkan oleh pemerintah, akan tetapi kenyataannya sampai sekarang masalah dualism pendidikan belum kunjung usai. Menurut Marwan Saridjo yang dikutip A. Malik Fadjar menyebutkan bahwa masalah dualisme bukanlah masalah administratif-birokratis, bukan pula efisiensi, efektifitas atau produktivitas.  Ia menyangkut masalah sejarah panjang yang menyangkut agama, politik, psikologidan lain-lain.  Dampaknya adalah masyarakat umum lebih percaya menyekolahkan anak-anaknya di sekolah umum, sebab cakupan keilmuan lebih luas serta ke depan akan lebih mudah memperoleh lapangan pekerjaan sebagai bekal di masa depan sebab dapat lebih cepat memperoleh pekerjaan. Sedangkan menurut Ainurrafiq Dawam, kelemahan madrasah antara lain sebagai berikut:

a.    Adanya SKB 3 mentri, mengurangi muatan materi pendidikan agama. Akibatnya lulusan madrasah dianggap tanggung (untuk tidak mengatakan setengah matang).

b.    Dualisme dalam manajerial, terutama pada lembaga swasta.

c.    Praktek manajemen yang masih sangat tradisional, sehingga memungkinkan tetap kentalnya nuansa paternalistic dan feodalistik.

d.    Kualitas input yang rendah

e.    Kondisi sarana prasarana yang kurang memadai.

Fasli Jalal menganalisis beberapa problema yang dihadapi oleh madrasah (termasuk gurunya), yang dikutip oleh Abd. Rachman Assegaf sebagai berikut,  Fasli Jalal mengemukakan isu-isu yang menjadi problema utama madrasah dalam beberapa hal:

a.    Kebanyakan peserta didik madrasaha berasal dari kelompok masyarakat dengan income rendah sementara kebanyakan madrasah berada di daerah pedesaan, akibatnya tanpa bantuan dari pihak Pemerintah maka madrasah swasta akan semakin terpuruk.

b.    Rendahnya kualitas guru madrasah. Masih sering dijumpai guru madrasah yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya, terutama sekali guru madrasah yang berstatus sebagai Guru Tidak Tetap atau GTT yang sering menimbulkan problema kurangnya ketersediaan guru dan SDM.  Sedang menurut M. Agus Nuryanto dala pengantar buku Bunga Rampai Pendidikan Islam Analisis Kebijakan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah menyampaikan problema madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut , yaitu problema dalam soal input, kurikulum dan kualitas guru. Ada dua karakteristik umum input dalam pendidikan Islam: pertama, berasal dari kalangan menengah bawah atau masyarakat pedesaan, dan kedua, secara akademik kurang kualified.

Teuku Amiruddin menjelaskan kelemahan pendidikan Islam secara jelas sebagai berikut:

a.    Keterbatasan pada bahasa asing

b.    Pemahaman budaya antar bangsa-bangsa di dunia dengan mempunyai kepribadian untuk tetap mencintai budaya Islam.

c.    Kurang meratanya penguasaan untuk menggunakanperangkat elektronika dalam pembelajaran.

d.    Kurang berkembangnya kemampuan manajerial

e.    Program-program belum didukung dengan penelitian yang akurat

f.    Kursus-kursus belum berkembang dan berkelanjutan sebagai upaya untuk mengadaptasi perkembangan iptek.  Namun, bagaimanapun madrasah tetap memiliki nilai plus dibanding dengan lembaga-lambaga lain. Diantara kelebihan-kelebihan yang dimiliki madrasah adalah sikap menghormati para guru (tawadlu’) murid, suasana yang relatif lebih agamis dibandingkan lembaga lain, belajar bersungguh-sungguh dilatar belakangi oleh sifat agamis seluruh warga sekolah, sehingga lebih berorientasi ke ruh agama baik tampilan secara fisik maupun psikis dan ada integrasi antar ilmu agama dan ilmu umum. Hal ini dapat dilihat di “Insan Ceria, MAN PK  di Surakarta atau di madrasah unggulan lainnya

 Maka, tantangan sekolah di masa depan tidaklah sedikit. Tantangan-tantangan tersebut antara lain: (1) perubahan orientasi pendidikan masyarakat, (2) di masyarakat , pendidikan umum pada umumnya lebih diutamakan daripada pendidikan keagamaan, (3) kualitas layanan pendidikan yang diberikan oleh mayoritas madrasah masih dinilai orang lebih rendah daripada layanan pendidikan yang diberikan oleh sebagian sekolah umum. 

Penyebabnya bermacam-macam antara lain manajemen yang kurang, pendidikannya yang kurang bagus, kualitas tenaga pengajarnya yang kurang baik, kekurangan dana operasioanal sehari-hari dan sebagainya. Ada beberapa kelemahan yang melekat pada pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah yang dapat diidentifikasi adalah : pertama, PAI kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna dan nilai atau kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik. Kedua, PAI kurang dapat berjalan bersama dan bekerjasama dengan program-program pendidikan non-agama, ketiga, PAI kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya, dan bersifat statis akontekstual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.   

Kaitannya dengan tantangan pendidikan Islam yang kompleks tersebut, perlu dikritisi dan ditindak lanjuti dengan usaha-usaha secara nyata dan terus menerus. Madrasah sebagai institusi pendidikan Islam keberadaannya adalah sejajar dengan sekolah umum. Maka diharapkan peran madrasah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas di masyarakat bukan sebaliknya.

Sekolah yang tidak peka terhadap gejolak dan implikasi perubahan-perubahan itu, paling banyak akan mampu menghasilkan orang-orang tamatan sekolah yang kadar dan jenis pengetahuannya menjadi suatu yang remeh-remeh dalam masyarakat. Orang-orang ini mungkin akan menjadi orang-orang yang paling kecewa terhadap kegunaan sekolah itu, sebab pengetahuan yang dimilikinya tidak berguna.

Serangkaian kebijakan pemerintah telah menempatkan madrasah pada posisi sejajar dengan sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta. Kedudukan yang bersifat legal formal, sebagai wujud kebijakan pemerintah, satu sisi dapat mendongkrak status madrasah di masyarakat dari sebagai lembaga pendidikan kelas dua meningkat sejajar dengan pendidikan umum. Tetapi madrasah masih dihadapkan pada pilihan sulit untuk menentukan masa depannya sebagai lembaga pendidikan yang lebih mengutamakan pendidikan agama Islam, atau merubah diri menjadi sekolah umum dengan mengkonsentrasikan pendidikannya pada pengetahuan umum (70%) dan sedikit pengetahuan agama (30%).


3.    Strategi Meningkatkan Peran Madrasah

Walaupun keberhasilan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun, masyarakat mengatakan bahwa sekolahlah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan anak didik. Maka reformasi sekolah harus dimulai. Dengan strategi reformasi pendidikan diharapkan nantinya akan mengarahkan pada upaya pembebasan dari pembelengguan pendidikan.  dan usaha itu bisa dimulai dengan membumikan kesadaran bahwa prakarsa untuk melakukan reformasi pendidikan harus menempatkan sekolah sebagai ujung tombaknya. David D Curtis ( 2000) mengemukakan bahwa ada 4 strategi dalam reformasi pendidikan, yaitu akuntabilitas berbasis standar (standards-based accountability), reformasi sekolah secara menyeluruh (whole school reform), strategi pasar ( market strategis), dan pembuatan keputusan yang bersifat demokratis atau pelimpahan wewenang dalam pembuatan ( shared decision-making). 4 strategi tersebut dapat menjadi agenda dan pijakan oleh pembuat kebijakan untuk melalukan reformasi dan merumuskan kebijakan pendidikan di Indonesia. 

 Empat strategi tersebut diatas, layak untuk dipertimbangkan sebagai pedoman agar madrasah ke depan menjadi idola bagi orang tua. Madrasah tidak lagi dipandang sebelah mata karena kekurang layakan dalam segala hal. Namun sebaliknya ke depan madrasah memiliki nilai plus yakni memiliki plus di segi iman dan takwa serta mampu bersaing di segi pengembangan ilmu pengetahuan. Strategi yang dapat diterapkan  untuk menjawab tantangan- tantangan yang ada di madrasah antara lain sebagai berikut:

a.    Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan hati yang tulus

b.    Meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

c.    Meningkatkan kemampuan manajerial bagi seluruh warga sekolah.

d.    Penetapan sasaran-sasaran harus didasarkan pada kondisi riil serta memanfaatkan segala potensi yang ada.

e.    Berkomunikasi secara baik untuk kemajuan sekolah.  Kunci dari keberhasilah suatu madrasah adalah adanya komunikasi yang baik antar warga madrasah. Dengan komunikasi yang baik, segala kelemahan, masukan serta terobosan-terobosan baru akan dapat dengan mudah didapatkan. Selanjutnya tinggal menerapkan masukan dan terobosan-terobosan baru tersebut dengan upaya dan usaha yang sungguh-sungguh dan penuh semangat. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antar warga madrasah seta komunikasi warga madrasah dengan masyarakat secara luas. Lebih jauh diberikan paparan tentang pendidikan Islam yang mampu bersaing di masa kini dan masa yang akan datang.

Ada 4 hal realistis yang dapat diharapkan dari pendidikan agama Islam , yaitu : (1) Pendidikan agama Islam memberikan wawasan tentang kehidupan secara utuh, (2) Pendidikan agama Islam memfasilitasi tumbuhnya kesadaran bahwa ilmu itu harus diamalkan tanpa pamrih, (3) Pendidikan agama Islam memberikan kontribusi dalam membangun karakter, dan (4) Pendidikan agama Islam mengedepankan aspek universal dari agama.

Secara umum upaya untuk meningkatkan lembaga pendidikan dijelaskan oleh Teuku Amiruddin sebagai berikut :

a.    Program lembaga pendidikan supaya lebih terarah kepada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan ketrampilan dengan meningkatkan kemampuan untuk menggunakan berbagai peralatan elektronika.

b.    Reorganisasi dan konsolidasi terhadap pengajar, kurikulum silabi dan fasilitas belajar mengajar dan materi pembelajaran

c.    Peningkatan kemampuan sumber daya manusia agar yang mengelola lembaga pendidikan bersikap lebih terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan diperlukan manajemen dalam bidang pendidikan agar lebih professional.

d.    Menciptakan kondisi dan situasi kampus menjadi “Kampus Idaman” yang menyenangkan sehingga membuat peserta didik dan alumni menjadi betah dalam mengikuti program-program pendidikan.

e.    Kerjasama antar lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan supaya lebih ditingkatkan dan diperjelas maknanya sehingga dapat memberikan manfaat yang dapat langsung dirasakan oleh para peserta didik dan pengajar.

Demikian telah dijelaskan berbagai macam strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan peran serta sekolah di dalam mengatasi permasalahan di dalam pendidikan Islam.

Upaya tersebut adalah merubah paradigma pendidikan sebagai jalan menuju pencerahan ( enlightenment). Pencerahan berarti : 1) cerdas dan matang spiritual, yaitu memiliki pengetahuan yang benar tentang  hakikat asal mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan sehingga memiliki filsafat hidup yang bersifat spiritual-metafisis. 2) cerdas intelektual, yaitu memiliki potensi keilmuan meliputi penguasaan suatu bidang studi, kreatif, cakap, dan terampil dalam menjalani kehidupan, sehingga kehidupan ini diliputi dengan sikap ilmiah, sebagai landasan perkembangan hidup. 3) cerdas emosional, yaitu perilaku yang senantiasa dikendalikan oleh moral bersyukur, bersabar, dan berikhlas, sehingga dorongan kearah keserakahan hidup dapat diatasi.  Sedangkan masih berkaitan dengan permasalahan madrasah, A. Malik Fadjar memiliki konsep sebagai berikut:

a.    Perencanaan yang baik dan tepat

b.    Adanya kegiatan riset dan evaluasi. 

Pendidikan Islam masih jauh dari harapan untuk menjalankan fungsi-fungsi alokasi posisional secara makro yang dibutuhkan oleh masyarakat.  Keadaan ini menuntut kita untuk melakukan pembenahan an pengembangan yang lebih jauh dan menjanjikan masa depan. Pembenahan dan pengembangan ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu macroscopic (injauan makro) dan microscopic (tinjauan mikro). Dalam pendekatan pertama, pendidikan dianalisis dalam hubungannya dengan kerangka social yang lebih luas. Sedangkan dalam pendekatan kedua, pendidikan dianalisis sebagai suatu kesatuan unit yang hidup dan terdapat saling interaksi di dalam dirinya sendiri.

Dua pendekatan tersebut bersifat saling melengkapi, terutama di tengah-tengah masyarakat yang semakin terbuka dan kompleks yang melahirkan interaksi dengan berbagai aspek kehidupan seperti saat ini. Oleh karena itu kalau ingin menatap masa depan pendidikan Islam yang mampu memainkan peran strategis dan diperhitungkan untuk dijadikan pilihan, maka perlu ada keterbukaan wawasan dan keberanian dalam memecahkan masalah-masalahnya secara mendasar dan menyeluruh, seperti yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut. Pertama, kejelasan antara yang dicita-citakan dengan langkah operasionalnya. Kedua, pemberdayaan (empowering) kelembagaann yang ada dengan menata kembali sistemnya. Ketiga, perbaikan, pembaruan dan pengembangan dalam sistem pengelolaan dan manajemen. Keempat, peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan.  Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan pendidikan Islam dapat berperan lebih artikulatif di masa yang akan datang. Langkah-langkah itu ditempuh dengan berpijak pada landasan niat dan tekad bahwa umat Islam, sudah seharusnya mewariskan sesuatunya yang terbaik bagi generasi mendatang.

Sumber: Lala Hura

0 komentar:

Posting Komentar