Kata Mutiara

Cita-Cita

Search

Rabu, 25 April 2018

Idgham dan Ikhfa'

PEMBAHASAN
A. Idgham (الادغام)
1. Pengertian Idgham (الادغام)
Moh. Wahyudi dalam bukunya Ilmu Tajwid Plus menuliskan bahwa, kata Idgham menurut bahasa adalah:
اِدْخَالُ الشَّيْءِ فِى الشَّيْءِ
“Memasukkan sesuatu pada sesuatu.”

Sedangkan menurut istilah, Idgham ialah:
اِلْتِقَاءُ حَرْفٍ سَاكِنٍ بِمُتَحَرِّكٍ بِحَيْثُ يَصِيْرَانِ حَرْفًا مُشَدَّدًا يَرْتَفِعُ اللِّسَانِ عِنْدَهُ اِرْتِفَعَةً وَحِدَةً
“Bertemunya huruf yang bersukun dengan huruf yang berharkat sehingga kedua huruf tersebut menjadi satu huruf dan huruf kedua menjadi bertasydid. Kemudian lisan mengucapkan huruf tersebut dengan sekali ucapan.”

Idgham dalam pengertian hukum Nun Sukun dan tanwin:
اِذَا وَقَعَةِ النُّوْنُ السّاكِنَةُ اَوِ التَّنْوِيْنُ عَلَى اَحَدِ هَذِهِ الْاَحْرُفِ السِتَّةِ وَهِيَ الْيَاءُ وَالرَّاءُ وَالْمِيْمُ وَاللَّامُ وَالْوَاوُ وَالنُّوْنُ يُقَالُ لَهُ اِدْغَامٌ
“Apabila Nun Sukun dan tanwin menghadapi salah satu huruf yang enam, yaitu Ya’ (ي), Ra (ر), Mim (م), Lam (ل), Wawu (و), dan Nun (ن), dinamakan Idgham.”
Dalam Nazham dijelaskan:
وَالثَّانِى اِدْغَامٌ بِسِتَّةٍ اَتَتْ # فِى يَرْمِلُوْنَ عِنْدَهُمْ قَدْ ثَبَتَتْ
“Yang kedua (dalam hukum Nun Sukun dan Tanwin) adalah Idhgom dengan hurufnya yang berjumlah enam, (huruf-huruf  tersebut ) menurut pendapat yang kuat terkumpul dalam lafazh “ﻳَﺮْﻣِﻠُﻮْﻥَ”’.
Idgham artinya memasukkan, yaitu apabila ada Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf 6 yang tergabung dalam kata ﻳﺮﻣﻠﻮﻥ  (ي ر م ل و ن),  maka harus dibaca Idgham.
2. Pembagian Idgham (الادغام)
Idgham dalam hukum Nun Sukun dan tanwin dibagi menjadi dua bagian:
a. Idgham Bighunnah (بغنّة الادغام)
Secara Bahasa Idgham artinya ‘memasukkan’. Bighunnah artinya ‘dengan dengung’. Dalam pengertian hukum Nun Sukun dan Tanwin, Idgham Bighunnah ialah:
اِذَا وَقَعَتِ النُّوْنُ السَّاكِنَةُ اَوِ التَّنْوِيْنُ عَلَى هِٰذِهِ الْاَحْرُفِ الْاَرْبَعَةِ يُقَالُ لَهُ اِدْغَامٌ بِغُنَّةٍ
“Apabila Nun Sukun dan  Tanwin  bertemu dengan salah satu huruf Idgham yng empat maka dinamakan Idgham Bighunnah.”
Hukum bacaan disebut idgham bigunnah ialah bila Nun Sukun atau Tanwin bertemu salah satu huruf empat ini, yaitu Ya’ (ي), Nun ( ن), Mim (م) dan Waw (و) dalam dua perkataan.  Keempat huruf Idgham Bighunnah itu terkumpul dalam lafazh يَنْمُوْ .
Dalam Nazham dijelaskan:
لَكِنَّهَا قِسْمَانِ قِسْمٌ يُدْغَمَا # فِيْهِ بِغُنَّةٍ بِيَنْمُوْ عُلِمَا
“Tetapi  Idgham itu terbagi ke dalam dua bagian, yang pertama: Idgham Bighunnah, yang huruf-huruf nya terkumpul dalam lafazh - yanmu.”

Cara membacanya
Cara membaca Idgham Bighunnah adalah dengan memasukkan suara Nun Sukun atau Tanwin kepada huruf Idgham Bighunnah yang ada dihadapannya sehingga menjadi satu ucapan, seakan-akan satu huruf. Pada waktu di Idghamkan, suara harus ditasydidkan kepada huruf Idgham Bighunnah yang ada di depan Nun Sukun atau Tanwin, kemudian ditahan kira-kira dua ketukan dengan memakai Ghunnah (sengau) ketika membacanya.
Muhammad Syahruddin di dalam bukunya Ilmu Tajwid mengemukakan bahwa dengung ialah suara yang keluar dari hidung kurang lebih empat harakat. Dengung boleh dibaca dua, tiga atau empat harakat. Satu harakat ialah satu ketukan (setengah alif). Untuk huruf nun atau mim dengung lebih kuat yaitu tiga atau empat harakat.
Berbeda dengan hukum lainnya, hukum Idgham disini hanya terjadi pada susunan dua kata dan tidak terjadi pada satu kata.
Contoh:
Dibaca Kalimat
لَنْ يَّقُوْلَ
Laiyaquula لَنْ يَقُوْلَ
كِتَابًا يَّلْقَاهُ
Kitaabaiyalqoohu كِتَابًا يَلْقَاهُ
مِنْ مَّالٍ
Mimmaalin مِنْ مَالٍ

Contoh lainnya:
يَصْدُرُ  ٍ---ي        يَوْمَئِذٍ مَنْ يَعْمَلْ   نْ---ي
عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ  ٌ---ن       مِنْ نِعْمَةٍ   ن---ن
بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجّيلٍ  ٍ---م مِنْ مَسَدٍ   ن---م
 وَّعَدّدهْ  ٍ---و      مَالاً مِنْ وَرَاۤئِهِمْ   ن---و

Pengecualian:
Apabila terjadi pengecualian huruf yang memenuhi syarat Idgham dalam satu kata, maka ahli Qiraat (Tajwid) sepakat membacanya dengan hukum Izh-har Mutlak. Hal ini dilakukan karena tahut tertukar dengan kalimat Mudlo’af (penggandaan huruf).
Yang demikian ini, dalam Quran hanya ada empat kata, antara lain:

(QS. 13 : 4) صِنْوَانٌ (QS. 2 : 85) اَلدُّنْيَا
(QS. 6 : 99) قِنْوَانٌ (QS. 61 : 4) بُنْيَانٌ


Dalam Nazham dijelaskan:
الَّا اِذَا كَانَ بِكَلِمَةٍ فَلَا # تُدْغِمْ كَدُنْيَا ثُمَّ صِنْوَانٍ تَلَا
“Kecuali apabila berkumpul dalam satu kata, maka tidak boleh diidhamkan, seperti pada lafazh dun-ya dan shinwan.”

b. Idgham Bila ghunnah (غنّة بلا الادغام)
Bila artinya: dengan tidak.
Moh. Wahyudi dalam bukunya menuliskan, Bila ghunnah artinya tidak memakai Ghunnah (dengung/sengau).  Idgham Bila ghunnah dalam pengertian hukum Nun Sukun dan tanwin adalah:
اِذَا وَقَعَتِ النُّوْنُ السَّاكِنِةُ اَوِ التَّنْوِيْنُ عَلَى اَحَدِ الْحَرْفَيْنِ الاَّمِ وَالرَّاءِ يُقَالُ لَهُ اِدْغَامٌ بِلاَ غُنَّةِ
“Apabila ada Nun Sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf Lam dan Ra, dinamakan Idgham Bila Ghunnah.”

Dalam Nazham dijelaskan:
وَالثَّانِ اِدْغَامٌ بِغَيْرِ غُنَّةٍ # فِى اللاَّمِ وَالرَّاءِ كَرِّرَنَّهُ
“Dan yang kedua adalah Idgom tanpa Ghunnah, yaitu apabila Nun Sukun atau Tanwin menghadapi Lam atau Ra, lalu Takrir-kanlah.”

Dari dua penjelasan tersebut, diketahui bahwa hukum Idgham Bila ghunnah terjadi apabila Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu dari dua huruf, yaitu: Lam (ل) dan Ra (ر).
.

Cara Membacanya
Cara membaca Idgham Bilaghunnah ialah dengan memasukkan suara Nun Sukun atau Tanwin sepenuhnya pada huruf Lam atau Ra tanpa memakai dengung (sengau). Pada waktu mengidghamkan, suara harus ditasydidkan kepada huruf lam dan Ra seraya menahan sejenak, contoh:
ل مِنْ لَدُنْكَ
Milladungka - خَيْرٌ لَكَ
Khairullaka
ر مَنْ رَبِّكُمْ
Mirrabbikum - غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
Ghafuurur rahiim

Contoh lainnya:
لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ  نْ---ل هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ  ً---ل
مِنْ رَحِيْقٍ  نْ---ر شَيْطَانٍ رَجِيْمٍ  ٍ---ر


B. Ikhfa’ (الاخفاء)
1. Pengertian Ikhfa’ (الاخفاء)
 Moh. Wahyudi dalam bukunya Ilmu Tajwid Plus menuliskan, Ikhfa’ menurut bahasa adalah As-Satru (اَلسَّتْرُ), artinya samar atau tertutup.
Sedangkan menurut istilah, Ikhfa’ adalah:
اَلنُّطْقُ بِالْحَرْفِ بِصِفَةٍ بَيْنَ الْاِظْهَارِ وَالْاِدْغَامِ عَارٍ عَنِ التَشْدِيْدِ مَعَ بَقَاءِ لبْغُنَّةِ فِى الْحَرْفِ الْمُخْفِيِّ
“Mengucapkan huruf dengan sifat antara Izh-har dan Idgham, tanpa tasydid dan dengan menjaga Ghunnah pada huruf yang di Ikhfa’kan.”
Ikhfa’ dalam pengertian hukum Nun Sukun dan Tanwin adalah:
اِذَا دَخَلَتِ النُّوْنُ السَّاكِنَةُ اَوِ التَّنْوِيْنُ عَلَى اَحَدِ الْاَحْرُفِ خَمْسَةَ عَشَرَ يُقَالُ لَهُ اِخْفَاءٌ حَقِيْقِيٌ
“Apabila Nun Sukun atau Tanwin menghadapi salah satu huruf Ikhfa’ yang berjumlah lima belas, maka dinamakan Ikhfa’  haqiqi.”

Dalam Nazham dijelaskan
وَالرَّابِعُ اْلاِخْفَاءُ عِنْدَ الْفَضِالِ # مِنَ الْحُرُوْفِ وَاجِبٌ لِلْفَاعِلِ
فِى خَمْسَةٍ مِنْ بَعْدِ عَشْرٍ رَمْزُهَا # فِى كَلِمَةٍ هٰذَا الْبَيْتِ قَدْ ضَمَّنْتُهَا
“Yang keempat (dalam hukum Nun Sukun dan Tanwin) adalah Ikhfa’ yaitu ketika (Nun Sukun atau Tanwin) menghadapi huruf-huruf sisa dari hukum-hukum sebelumnya (Izh-har Halqi, Idgham, dan Iqlab) Jumlahnya 15 huruf, terkumpul dalam bait yang dinazhamkan dibawah ini.
صِفْ ذَاثَنَاكُمْ جَادَ شَخْصٌ قَدْ سَمَا # دُمْ طَيِّبًا زِدْ فِى تُقًى ضَعْ ظَالِمًا
“Sifatilah dirimu dengan kebijaksanaan karena berapa banyak orang yang telah meraih manisnya (kebijaksanaan). Bisakanlah berbuat kebajikan tingkatkan ketaqwaan, dan jauhilah kezhaliman.”.
Huruf-huruf Ikhfa’ yang berjumlah 15 itu adalah huruf-huruf yang terdapat pada awal setiap kata dari bait Nazham diatas, Yaitu:
ص – ذ – ث – ك – ج – ش – ق – س
د – ط – ز – ف – ت – ض – ظ
Cara membacanya
Cara membaca huruf Ikhfa’ adalah memadukan antara suara Nun Sukun atau Tanwin dengan suara huruf Ikhfa’ yang ada dihadapannya. Suara Ikhfa’ akan terdengar samar, antara Izh-har dan- Idghom, antara suara Nun Sukun dan Tanwin masih tetap terdengar namun samar. Saat proses Ikhfa’ berlangsung, suara ditahan sejenak kira-kira dua ketukan, baru kemudian disambung dengan pengucapan huruf Ikhfa’.
2. Tingkat-tingkat bacaan Ikhfa’ (الاخفاء)
Sesuai dengan makhroj Nun (bunyi Nun pada Tanwin) dengan makhroj kelima belas huruf Ikhfa’ berbeda-beda, maka karakteristik suara Ikhfa’ yang hukum Ikhfa’  dibagi juga menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Ikhfa’ Ab’ad (اَلْاِخْفَاءُ الْاَبْعَدُ)
Artinya paling jauh, berasal dari kata “بَعْدُ” Ikhfa’ ab’ad terjadi apabila Nun Sukun atau tantwin menghadap salah satu dari dua huruf ikhfa’ berikut Qof dan Kaf.
Dinamakan Ikhfa’ ab’ad, karena Nun Sukun atau Tanwin menghadapi huruf yang makhrojnya paling jauh dengan makhroj Nun (bunyi nun pada tanwin), diartikan kelimabelas huruf ikhfa, huruf Qof dan Kaf adalah huruf yang paling jauh dari Nun, karena berasal dari aqsholq Lisan (pangkal lisan (pangl lidah).
Paduan Nun Sukun atau Tanwin ketika menghadapi huruf Qof dan Kaf akan menghasilkan bunyi (suara) “NG” dalam bahasa Indonesia.
Pada waktu mengucapkan hukum Ikhfa’ Ab’ad ini, bacaan Ikhfa’nya lebih lama dari Ghunnahnya.
Berikut contoh-contoh bacaan Ikhfa’ Ab’ad :
= ق مِنْ قَبْلِكَ أَنْقَضَ
= ك مَنْ كَانَ أَجْرًا كَبِيْرًا

b. Ikhfa’ Aqrab (اَلْاِخْفَءُ الْاَقْرَبُ)
Aqrab artinya dekat, berasal dari kataقَرُبَ) ). Ikhfa’ Aqrab terjadi apabila Nunu mati atau menghadapi salah satu dari tiga huruf Ikhfa’ berikut: د – ط - ت
Dinamakan Ikhfa’ Aqrab, karena Nun Sukun atau Tanwin huruf yang jarak makhroj Nun. Diantara kelima belas huruf  ikhfa’, huruf Ta, Tho’ dan Dal adalah yang paling dekat dengan makhrojnya karena berasal dari Ushuluts Tsanayal Ulya (pangkal gigi seri atas). Sedangkan makhroj Nun berada diatas sedikit, yaitu pada Lahmatul Asnan (gusi-gusi atau daging tempat tumbunya gigi seri atas).
Suara yang dihasilkan dari hukum Ikhfa’ Aqrab ini mendekati bunyi “N” dalam bahasa Indonesia. Kemudian suara ditahan dua ketukan agar tidak tertukar dengan Izh-har yang hanya dibaca 1 ketukan.
Pada waktu mengucapkan huruf Ikhfa’ Aqrab ini, bacaan Ikhfa’nya lebih pendek dari pada ghunnahnya.  Nun Sukun atau Tanwin jika bertemu ط atau  د - ت cara pengucapannya ketika menyuarakan nun mati, ujung lidah hampir menyentuh pangkal dua buah gigi atas sesuai posisi makhroj ط dan  د - ت .
Contoh bacaan Ikhfa’ Aqrab adalah:
= ت وَلَا اَنْتُمْ ﺑَﻴِّﻨٰﺖٍ تَعْرِفُ
= ط يَنْطِقُوْنَ لَيْلًا طَوِيْلًا
= د اَنْدَادً كَاءْسًا دِهَاقًا

c. Ikhfa’ Ausath (اَلْاِخْفَاءُ الْاَوْسَطُ )
Ausath artinya pertengahan, berasal dari kata “وَسَطَ”. Ikhfa’ Ausath terjadi apabila Nun Sukun atau Tanwin menghadapi salah satu dari 10 huruf Ikhfa’ dibawah ini.
ث – ج – ذ – ز – س – ش – ص – ض – ظ - ف
Dinamakan Ikhfa’ Ausath, karena Nun Mati atau tanwin menghadapi huruf yang jarak makhrojnya sedang, tidak terlalu jauh atau terlalu dekat dengan makhroj Nun.
Suara yang dihasilkan dari Ikhfa’ Ausath ini, adalah “NG” dan  “N”, artinya suara Ikhfa’ Ausath adalah bersifat pertengahan antara Ikhfa’ Ab’ad dan Ikhfa’ Aqrab. Pada waktu mengucapkan hukum Ikhfa’ Ausath ini, bacaan Ikhfa’ dan Ghunnahnya sama (sedang). 
Nun Sukun atau Tanwin jika bertemu dengan salah satu dari 10 huruf ikhfa di bawah ini. Pada waktu mengucapkan nun mati, sikap lidah/bibir dipersiapkan menempati makhroj huruf yang dihadapi. 
Moh. Wahyudi mengutip perkataan Ustadz A. Mas’ud Syafi’i dalam bukunya Pelajaran Tajwid memberikan catatan yang bagus mengenai pengucapan Ikhfa’ ketika Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan Fa’      (ف) berikut penjelasan baliau: “Apabila Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan Fa’(ف)bunyinya berubah menjadi “M” akan tetapi mulut tidak tertutup rapat, masih ada udara yang keluar, ketika membacanya.
Contoh-contoh bacaan Ikhfa’ Ausath: 
= ف مُنْفَكِّيْنَا لَقَوْلٌ فَصْلٌ
= س وَتَنْسَوْنَ كَلِمَةٌ سَبَقَتْ
= ش مِنْ شَرِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ
= ص فَانْصَبْ عَمَلًا صَالِحًا
= ض مَنْضُوْدٍ بَعِيْشَةً ضَنِكًا
= ث مَنْثُوْرًا اَيَّامٍ ثُمَّ
= ج مَنْ جَاءَ خَلْقٍ جَدِيْدٍ
= ز اَنْزَلنَا نَفْسًا زَكِيَّةً
= ذ مَنْ ذَا الَّذِى بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ
= ظ مَنْ ظَلَمَ ظِلًّا ظَلِيْلًا

0 komentar:

Posting Komentar